Sabtu, 05 Desember 2015

Sharing Pengalaman Wawancara dan Leaderless Group Discussion, Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan

Sukses Terbesar Dalam Hidupku
Oleh: Yahya Eko Nopiyanto

Bismillahhirrohmanirrohim, ya Allah berikan aku kekuatan, kemudahan, jalan, petunjuk supaya bisa melanjutkan pendidikan dan berikanlah hamba beasiswa. Aminn. Itulah untaian do’a yang selalu saya panjatkan. Kemiskinan berdampak pada kehidupan saya dan mengajarkan tentang nilai kehidupan seperti ketabahan, semangat juang untuk menjalani hidup dan belajar tentang rasa syukur kepada Tuhan. Saya sangat mencintai orang tua dan ingin membahagiakan mereka dengan menempuh pendidikan setinggi mungkin. Saya akan selalu berusaha  sampai tidak mampu lagi untuk berusaha.
Do’a yang selama ini saya panjatkan kepada Tuhan dijawab oleh-Nya. Pada tahun 2012 disaat kedua orang tua sedang sakit ditambah lagi dengan adanya pengeringan irigasi yang dilakukan pemerintah daerah, maka selama dua bulan orang tua tidak mengirim uang dan Tuhan memberikan pertolongan melalui beasiswa Perusahaan Gas Negara. Uang beasiswa saya gunakan untuk keperluan selama menempuh pendidikan sarjana. Perjuangan yang tidak mudah untuk menyelesaikan pendidikan sarjana, banyak tetesan air keringat dan tetesan air mata dalam menghadapi segala cobaan. Saya berhasil menyelesaikan pendidikan dan mendapatkan gelar sarjana dalam waktu tiga tahun sembilan bulan dengan predikat Cum Laude dan mendapatkan penghargaan dengan nilai tertinggi di Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Universitas Sriwijaya.
                Prestasi yang saya dapatkan pada jenjang pendidikan sarjana menambah motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang magister. Banyak orang yang tidak mendukung cita-cita untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang magister, karena saya bukan anak orang kaya. Di dalam ketidakpastian saya selalu berdoa kepada Tuhan untuk memberikan jalan dan petunjuk.  Pada bulan November 2014 mendapatkan informasi tentang beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari seorang teman dan segera mendaftarkan diri. Dua bulan masa penantian akhirnya pengumuman seleksi berkas diumumkan oleh LPDP. Saya memutuskan untuk mengikuti seleksi wawancara dan Leaderless Group Discussion (LGD) di Jakarta.
            Tempat wawancara dan LGD di Student Center Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Jalan bintaro utama sektor V, Banten tanggal 9-10 Februari 2015. Selama mengikuti seleksi wawancara dan LGD, saya tinggal di Tangerang Selatan dan harus menempuh dua jam perjalanan untuk sampai ke tempat wawancara dan LGD. Berangkat dari Tangerang Selatan pukul 05.00 WIB dan saat itu sedang hujan lebat dan terjadi banjir di beberapa daerah. Setelah sampai di tempat wawancara saya bergabung dengan teman-teman baru yang sebelumnya belum pernah bertemu. Sambil menunggu antrian untuk wawancara dan LGD saya berdiskusi bersama Randi, Somadi, Firdaus.
            Setelah menunggu beberapa jam tiba saatnya untuk melakukan LGD. Pada waktu itu saya dan teman-teman satu kelompok mendapatkan materi diskusi tentang hukuman mati bagi koruptor. Kami mengambil peran masing-masing. Ada yang berperan sebagai akademisi, pemerintah, aktivis dan lain-lain. Meskipun saat itu kami baru pertama kali bertemu, diskusi berjalan dengan hangat dan lancar. Semua teman-teman menjalankan peran masing-masing dan memberikan pandangan sesuai dengan peran yang sedang dijalankan. Waktu kurang lebih tiga puluh menit berlalu begitu saja karena kami menikmati jalannya diskusi.
            LGD sudah  dilaksanakan dan dilanjutkan wawancara pada pukul 15.30. Ini pertama kali bagi saya mengikuti seleksi wawancara. Begitu banyak perasaan yang dirasakan antara cemas, grogi dan percaya diri. Tanpa ada kepastian saya tetap mengikuti seleksi wawancara dengan percaya diri dan rendah hati. Ada hal yang menarik yang tidak akan pernah saya lupakan pada saat itu. Semua pewawancara tertawa karena melihat CV saya. CV saya sangat sederhana dan berbeda dengan peserta yang lain. Nilai toefl hanya 400 dan tidak aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi kemasyarakatan. Dari tiga organisasi  yang saya ikuti selama menjadi pelajar dan mahasiswa yaitu pencak silat, ikatan remaja masjid dan himpunan mahasiswa penjaskes. Dari ketiga organisasi tersebut saya hanya sebagai anggota. Itulah yang membuat ketiga pewawancara saya tertawa. Beberapa pertanyaan yang diajukan saya jawab dengan logis dan sederhana diantaranya adalah “Apakah kamu yakin mendapatkan beasiswa ini?. Saya jawab tidak yakin karena banyak orang di luar sana yang mempunyai prestasi luar biasa dibandingkan saya dan mereka lebih berhak untuk mendapatkan beasiswa ini. “Berapa nilai toefl kamu?. Saya menjawab nilai toefl 400 dan didapat setelah mengikuti sebanyak delapan kali tes. Mendengar jawaban ini beliau bertiga tertawa lagi. Lantas melanjutkan pertanyaan “Bagaimana kamu bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang magister dengan nilai 400?. Saya menjawab dengan optimis dan rendah hati, akan belajar lebih giat lagi tentang toefl. Pada saat melaksanakan wawancara saya menangis karena beliau menanyakan tentang hal yang terberat dan tersulit dalam hidupku. Beliau juga bertanya apa mimpi terbesar kamu?. Saya jawab ingin menjadi dosen. Beliau bertanya lagi mimpi yang lebih besar?, saya jawab ingin menjadi dosen. Karena belum puas dengan jawaban yang saya berikan. Beliau bertanya lagi mimpi yang lebih besar?. Beliau bertanya tiga kali, antara grogi dan percaya diri saya menjawab ingin menjadi menteri pemuda dan olahraga. Mendengar jawaban tersebut beliau tertawa lagi lalu berkata kepada rekannya, kenapa dari tadi semua anak ingin menjadi menteri. Pertanyaan berikutnya yang saya ingat adalah “ Bagaimana seandainya kamu gagal mendapatkan beasiswa ini?. Jawaban saya adalah terima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti seleksi beasiswa ini, terima kasih kepada kedua orang tua yang telah mendukung cita-cita saya, terima kasih kepada LPDP yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti proses seleksi beasiswa ini. Tugas sebagai manusia hanya berusaha dan berdoa, urusan hasil sepenuhnya saya serahkan kepada Tuhan. Saya punya dua tangan dan dua kaki, saya punya kemampuan dari hasil pendidikan sarjana, untuk itu saya tetap akan berusaha melanjutkan pendidikan magister dengan atau tanpa beasiswa. Itulah beberapa pertanyaan yang saya ingat selama proses wawancara dan tiga puluh menit waktu untuk wawancara dapat terlewati begitu saja.
            Beberapa bulan setelah seleksi wawancara dan LGD, LPDP mengumumkan hasilnya. Alhamdulilah, saya dinyatakan lulus dan berhak untuk mengikuti program pengayaan bahasa di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Tanpa ada rencana sebelumnya, kembali bertemu dengan Randi, Somadi dan Firdaus di UGM dan kami satu program pengayaan bahasa. Mengikuti program bahasa selama tiga bulan merupakan hal yang luar biasa. Saya kembali bertemu dengan orang-orang yang berprestasi yang berasal dari seluruh Indonesia. Setelah mengikuti program pengayaan, saya merasa malu karena belum bisa memberikan hasil yang terbaik dan gagal untuk mendapatkan nilai sesuai harapan LPDP.
            Meskipun gagal untuk mendapatkan nilai toefl, saya tetap semangat untuk belajar dan melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Mendapatkan amanah baru untuk menjadi bagian dari UNY merupakan sesuatu yang sangat berharga.  Di sini saya mendapatkan teman baru yang selama dua tahun ke depan akan bersama-sama menempuh pendidikan magister ilmu keolahragaan. Menjalani proses perkuliahan dan mendapatkan tugas-tugas pra Program Keberangkatan (PK) merupakan sebuah tantangan. Pengaturan waktu sangat diperlukan karena harus membagi waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan dan tugas-tugas pra PK.

            Selama mengikuti pra PK saya mendapatkan pengalaman penting yaitu, komunikasi dan kerjasama. Banyak menghabiskan waktu untuk saling berkomunikasi dan bekerjasama melalui handphone untuk mengerjakan tugas-tugas pra PK dan mempersiapkan segala sesuatu untuk pelaksanaan PK. Alhamdulilah, semuanya berjalan lancar dan tibalah saatnya untuk mengikuti PK di Depok pada tanggal 19-24 Oktober. Beberapa bulan kami saling berkomunikasi dan bekerjasama melalui handphone tetapi pada tanggal tersebut kami dipertemukan dalam satu ruangan. Kegiatan PK tidak akan pernah terlupakan karena untuk pertama kalinya saya hanya tidur dua jam dalam sehari dan perjuangan yang luar biasa untuk melawan rasa kantuk ketika ada materi di ruangan. Perjuangan untuk mengikuti kegiatan PK akhirnya terbayar dengan sukses dan lancarnya kegiatan tersebut. Suksesnya mengikuti PK meresmikan  sebagai penerima beasiswa LPDP. Mendapatkan beasiswa LPDP dan menjadi mahasiswa magister ilmu keolahragaan di UNY merupakan sukses terbesar dalam hidupku untuk saat ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar